Rabu, 25 Mei 2011

Tiket Arema Investor Tunggu Struktur Yayasan Arema Berubah




Tegas dinyatakan oleh Bendahara Yayasan merangkap Presiden Klub Arema, Rendra Kresna, jika struktur Arema haruslah dibenahi sebelum investor bisa masuk. Separah apakah morat-marit struktur klub kebanggaan Aremania ini? Benarkah sosok non-struktural Arema justru berperan besar dalam krisis manajerial yang sudah terlanjur terjadi?



Rendra menegaskan struktur kepengurusan yayasan yang harus dibenahi lebih dulu karena yayasan yang mendirikan perseroan. Sementara, Bambang Winarno, Pengawas Yayasan Arema, menambahkan, jika struktur kepengurusan yayasan tak juga dibenahi, dirinya berwenang memberhentikan sementara anggota pengurus.
“Pengawas itu sih tampaknya diam saja, tapi saya bisa ganti mereka jika diperlukan sesuai ketentuan yang ada, tapi semuanya masih aman di koridornya,” ujar Bambang 13 Mei silam sebagaimana dilansir Tempo.
Seperti diketahui, ketika Muhamad Nur dan Siti Nurzanah tak aktif, roda direksi dan manajerial ditangani hanya oleh 2 orang, yakni Abriadi dibantu Sudarmaji. Informasi di lingkungan Arema pun menyebutkan, Nur dan Siti tidak aktif gara-gara “berseberangan” dengan salah seorang pejabat nonstruktural—berasal dari lingkungan PSSI—Arema terkait polemik hubungan Arema dengan Liga Primer Indonesia (LPI).
Padahal, sumber menegaskan, pejabat nonstruktural itu boleh dibilang menjadi salah satu otak dan konseptor LPI, serta menghubungkan Arema dengan konsorsium LPI, tapi kemudian tanpa sebab yang jelas malah berbalik “menikam dari belakang” dan tega mengorbankan keduanya.
“OB (office boy)-nya Arema saja tahu kalau dia yang menyuruh Pak Nur dan Bu Nur menjumpai orang-orang LPI sampai ada komitmen hitam di atas putih yang berkekuatan hukum antara Arema dengan LPI. Aremania (suporter Arema) juga harus tahu hal ini agar tidak grasa-grusu dan asal menyalahkan orang lain dalam memahami masalah Arema yang sangat ruwet ini,” kata sumber menyebut nama pejabat nonstruktural itu.
Jika mengacu pada legalitas, secara resmi, kini tinggal Nur, Rendra, dan Bambang Winarno (pengawas yayasan) yang tercatat di struktur yayasan sebagaimana tertera dalam Akta Nomor 1 atau Akta Perubahan Pengurus Yayasan Arema Berdasarkan Keputusan Pembina yang dibuat notaris Nurul Rahadianti pada 3 Agustus 2009. Darjoto Setyawan (pembina yayasan) mundur pada 8 September 2009.
Posisi Darjoto diganti oleh Andi Darussalam Tabusalla tanpa ada perubahan akta sehingga nama Andi tidak resmi tercatat dalam struktur resmi yayasan. Sedangkan Moedjiono Moedjito (sekretaris yayasan) mundur per 5 Agustus 2010.
Struktur direksi dan dewan komisaris PT Arema Indonesia juga harus dibenahi setelah Gunadi Handoko (direktur utama) mundur per 9 Maret 2010. Sedangkan Siti Nurzanah (direktur) tidak aktif sejak pertengahan Oktober 2010. Pengangkatan Gunadi dan Siti Nurzanah diputuskan dalam rapat pemegang saham 25 Januari 2010. Hasil rapat kemudian dikukuhkan dalam Akta Nomor 1 yang dibuat notaris Eko Handoko Widjaja pada 1 Februari 2010.
Dalam akta itu pula disebutkan Muhamad Nur merangkap jabatan sebagai komisaris utama, dibantu Dewanti Rumpoko (istri Wali Kota Batu Eddy Rumpoko) dan Edy Antoro (bos Grup Kesuma Agrowisata) sebagai komisaris. Setelah Gunadi mundur, jabatannya dirangkap lagi oleh Muhamad Nur. Ini tertera dalam Keputusan Pengurus Yayasan Arema No. 26/SK.YARM/III/2010 tentang Pengangkatan Direktur Utama (Pjs) dan Direktur PT Arema Indonesia Pelaksana Kegiatan Yayasan Arema. Surat bertanggal 10 Maret 2010 itu ditandatangani Moedjiono Moedjito dan Rendra Kresna.
Kini, publik menanti, akankah krisis akut yang menghinggapi Arema segera berlalu? Siapakah yang nantinya akan keluar sebagai ‘dewa penyelamat’? Jika Rendra tak menolak Bakrie adalah calon investor yang paling berpeluang masuk ke Arema, maka publik tentu masih ingat pernyataan Andi Darussalam Tabusalla 2 Mei 2011 silam “Arema saya mau untuk terus membantu, kalau mereka mau. Saya cuma bantu saja supaya bisa tetap eksis.” (onn/tmp/bar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar